3 Pertanyaan dari pemuda soleh untuk bakal istri
Dakwahmaya.com – Ini adalah sebuah kisah tentang seorang pemuda soleh yang sedang mencari calon pendamping hidupnya. Meskipun belum...
https://dakwahsecaramaya.blogspot.com/2015/03/3-pertanyaan-dari-pemuda-soleh-untuk.html
Dakwahmaya.com – Ini adalah sebuah kisah tentang
seorang pemuda soleh yang sedang mencari calon pendamping hidupnya.
Meskipun
belum diketahui pasti apakah ini kisah nyata atau rekaan, namun semoga
pelajaran yang terkandung di dalamnya dapat bermanfaat bagi para muslimah
terutama yang belum menikah.
Semoga kisah ini dapat menginspirasi dan menjadi
renungan bagi para muslimah untuk selalu memperbaiki diri.
Ada seorang pemuda yang soleh, tampan, pendidikannya baik
dan umurnya telah mencukupi untuk menikah. Kedua orangtuanya telah memberikan
usulan calon isteri padanya, namun semuanya ditolak oleh sang pemuda soleh.
Tiap kali ada wanita yang dihadirkan di rumahnya, namun jawabannya selalu sama,
“Dia bukanlah orangnya!”
Pemuda itu mengatakan bahawa kriteria yang diinginkannya
adalah sosok muslimah yang beragama dan taat menjalankan agamanya (solehah).
Kemudian orangtuanya menemukan sosok wanita yang dirasa memenuhi kriteria
pemuda itu. Wanita yang dimaksud memang terlihat beragama dan juga cantik.
Akhirnya wanita itu dipertemukan dengan pemuda soleh
tersebut. Kemudian mereka berbincang-bincang dan pemuda tersebut mempersilakan
sang gadis untuk bertanya apa saja pada dirinya. Kemudian, dengan semangat sang
gadis banyak bertanya tentang pemuda tersebut.
Tak satupun pertanyaan yang
tidak dijawab oleh pemuda itu dengan ramah dan sopan, sehingga wanita itu
merasa gembira. Namun, setelah cukup lama bercerita si wanita mulai bosan dan
berharap pemuda itu ganti menanyainya.
Lalu, pemuda itu berkata, “Aku hanya akan menanyakan tiga
hal padamu,”
Sang Wanita cukup girang, hanya tiga? Oklah, silakan.
“Siapakah yang paling kamu cintai, yang kamu cintai
melebihi siapapun yang ada di dunia ini?”
Wanita itu menjawab dengan mantap,”Ibuku,” Ini pertanyaan
yang mudah, fikir si gadis.
“Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu
memberitahuku surat mana yang kamu ketahui ertinya?”
Wanita itu tersipu malu, dia tidak yakin akan menjawab kerana
dia belum banyak belajar tentang erti surat-surat dalam Al Qur’an yang
dibacanya kerana sibuk. Dia berjanji akan mempelajarinya nanti.
“Aku telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang
jauh lebih cantik dan pintar daripada dirimu, mengapa saya harus menikahimu?”
Mendengar pertanyaan ketiga ini, sang wanita meradang dan
mengadukan hal itu kepada orangtuanya perihal pertanyaan sang pemuda. Ia
mengatakan pada orangtuanya bahawa dia tidak ingin menikahi pemuda itu kerana
dia telah menghina kecantikan dan kepintarannya.
Kemudian orangtua pemuda itu bertanya mengapa pemuda itu
menyinggung perasaan gadis itu dan membuatnya sedemikian marah? Pemuda itu
telah menyiapkan jawabannya sendiri.
Pertanyaan pertama, gadis itu mengatakan bahawa yang
paling dia cintai adalah ibunya. Orangtuanya bertanya, “Apa yang salah dengan
hal itu?” Pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai
Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia
ini”.
Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa
sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap
setia padaku, kerana cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, kerana cinta ini adalah yang lebih
besar daripada nafsu untuk kecantikan.
Pertanyaan kedua, wanita itu bilang dia sibuk sehingga
tidak sempat belajar Al Qur’an. Maka aku fikir semua manusia itu mati, kecuali
mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan
waktu untuk mencari ilmu, mengapa aku harus menikahi seorang wanita yang tidak
mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada
anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, kerana wanita adalah
madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki
waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.
Pertanyaan ketiga, wanita itu marah ketika aku bertanya
apa yang membuatnya pantas untuk aku nikahi sedangkan telah banyak wanita yang
datang lebih cantik lagi pintar daripada dia. Orangtuanya berkata bahawa itu
sesuatu yang menyebalkan bagi seorang wanita.
Pemuda itu menjawab, “Nabi
(shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan ‘Jangan marah, jangan marah, jangan
marah’, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi soleh, kerana kemarahan adalah
datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengawal kemarahannya
dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian fikir dia akan dapat
mengontrol amarah terhadap suaminya?
Pelajaran yang dapat diambil dari kisah diatas adalah
dalam sebuah pernikahan hendaknya orang lebih mementingkan ilmu, bukan
kecantikan. Beramal, bukan hanya berceramah atau membaca. Mudah memaafkan dan
tidak cepat marah. Kesolehan dan ketaatan kepada Allah, bukan hanya nafsu.
Sedangkan memilih pasangan hendaknya adalah orang yang
mencintai Allah SWT di atas segalanya yang ada di dunia ini, mencintai
Rasulullah Saw di atas manusia yang lain, Memiliki ilmu Islam dan mau beramal
dengan ilmu tersebut, dapat mengontrol kemarahan, dan mudah diajak musyawarah
atau berkomunikasi.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang ertinya:
“Wanita dinikahi kerana empat hal, (pertama) kerana
hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik,
jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhari no. 5090, Muslim no.
1466)
Semoga kisah diatas dapat memberi hikmah dan manfaat bagi
kita semua. Aamiin.